Demikian Pertanyaan, pembahasan dan tema diskusi Hari ini, ( Rabu, 23 Maret 2016 ) bertempat di PAUD TK Tunas Abadi Jaya - Lano, pada pertemuan Pokja Kepala TK se Kec. Muara Uya & Jaro ini, dihadiri oleh Sebagian Kepala TK dikarenakan hari ini Hujan sangat lebat setengah Hari. Juga dihadiri Bapak H. Shopia elhadi, S.Ag.,M.M.Pd. Kepala UPT Inspeksi Pendidikan Kecamatan Muara Uya & Jaro dan Penilik PAUDNI.
Sebelumnya
kita simak dahulu Apakah yang Dimaksud Pendekatan Saintifik ? Pendekatan
saintifik adalah salah satu pendekatan dalam membangun cara berpikir agar anak
memiliki kemampuan menalar yang diperoleh melalui proses mengamati sampai pada
mengomunikasikan hasil pikirnya.
Hal ini didasarkan pada pemikiran Piaget yang
mengatakan bahwa “Anak belajar dengan cara membangun pengetahuannya sendiri
melalui pengalaman yang diperolehnya”.
Vygotsky berpendapat bahwa “Lingkungan, termasuk anak lain atau orang dewasa dan media sangat membantu anak dalam belajar untuk memperkaya pengalaman anak. Untuk itu, kurikulum 2013 PAUD mengusung cara belajar anak agar memiliki kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang merupakan proses hasil penyelidikan (investigasi) anak terhadap lingkungannya.
Vygotsky berpendapat bahwa “Lingkungan, termasuk anak lain atau orang dewasa dan media sangat membantu anak dalam belajar untuk memperkaya pengalaman anak. Untuk itu, kurikulum 2013 PAUD mengusung cara belajar anak agar memiliki kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang merupakan proses hasil penyelidikan (investigasi) anak terhadap lingkungannya.
Mengapa PAUD Perlu Pendekatan Saintifik Dalam Belajar
Anak usia dini dapat
belajar melalui apapun. Melalui pemahaman terhadap cara anak usia dini belajar,
maka guru dapat memilih pendekatan yang paling sesuai dengan cara belajar anak.
Untuk mendapatkan penjelasan mengapa perlu pendekatan saintifik, maka guru
perlu mengenali tentang anak usia dini, cara belajar anak dan prinsip
pembelajaran pada PAUD.
Cara
Belajar Anak Usia Dini
1. Anak belajar secara
bertahap.
Anak
adalah pembelajar alami dan sangat senang belajar. Anak belajar sejak lahir.
Anak senang mencari pemecahan dari masalah yang dihadapinya. Ia belajar dengan
cara :
§ bertahap
sesuai dengan tingkat kematangan perkembangan berpikirnya.
§ mulai
segala sesuatu dari hal-hal yang bersifat konkrit ke abstrak.
§ menggunakan
seluruh inderanya: mengamati, membau, mende- ngarkan bunyinya, merasakan,
mencicipi, mendorong, menarik, bahkan menggerak-gerakkan dengan berbagai cara
yang disukainya, dll.
2. Cara berpikir anak bersifat khas.
§ Cara anak berpikir berakar dari pengalamannya sehari-hari.
Sumber pengalaman anak didapat dari:
pengalaman sensory dengan menggunakan seluruh inderanya (penglihatan, pendengaran, penghidu, perasa, pengecap)
pengalaman sensory dengan menggunakan seluruh inderanya (penglihatan, pendengaran, penghidu, perasa, pengecap)
§ pengalaman
berbahasa saat mereka berkomunikasi dengan teman, orang tua, guru atau orang
lain.
§ pengalaman
budaya dalam bentuk kebiasaan di rumah, nilai yang diterapkan dalam keluarga
termasuk yang berlaku di lingkungan.
§ pengalaman
sosial dari teman sepermainan, perilaku orang dewasa, dll
§ pengalaman
yang bersumber dari media masa, misal dari surat kabar, majalah, televisi,
radio, dll.
3.
Anak belajar dengan berbagai cara.
Anak
senang mengamati dan menggunakan mainannya dengan berbagai cara. Misalnya
mobil-mobilan dapat digerakkan maju mundur, dimainkan rodanya, dibongkar, dll.
Namun, orang dewasa sering hanya menginginkan anak bermain seperti yang
dipikirkan mereka.
4. Anak belajar saat bersosialisasi.
Anak
belajar banyak pengetahuan dan keterampilan melalui interaksi dengan
lingkungannya. Kemampuan berbahasa, kemampuan sosial-emosional, dan kemampuan
lainnya berkembang pesat bila anak diberi kesempatan bersosialisasi dengan
teman, benda, alat main, dan orang-orang yang ada di sekitarnya
Contoh penerapan pedekatan saintifik bagi lingkup perkembangan kognitif
“Bunda, semutnya kok ada yang besar dan ada yang kecil?” tanya Dito pada Bu Sinta.
Bu Sinta menimpali, “Oh begitu ya, kalau warnanya sama tidak ya?”
“Tidak Bunda, ada yang merah, ada yang merah sedikit, ada yang hitam, ada juga yang hitamnya tidak hitam sekali tuh Bun.” Jawab Dito
“Jadi, yang sama apanya?” tanya Bu Sinta
“Kalau bentuknya sama Bun, tapi warna dan ukurannya beda.” Jawab Dito
“Binatang apalagi ya yang bentuknya sama, tapi ukurannya dan warnanya beda?” tanya Bu Sinta
“Oh iya ya Bunda, binatang yang lain juga. Kucing, ayam, burung, kupu-kupu. Mereka juga ukuran dan warnanya beda, tapi badannya sama.” Jawab Dito
Dari kegiatan pengamatannya, Dito menemukan informasi yang menggelitik rasa ingin tahunya tentang semut. Dito menemukan informasi melalui pengamatan dan dukungan dari Bu Sinta.
Selain diskusi tentang metode pembelajaran saintifik, juga dibahas tentang upaya peningkatan mutu administrasi Lembaga PAUD menuju penilaian berupa akreditasi PAUD.
Bu Sinta menimpali, “Oh begitu ya, kalau warnanya sama tidak ya?”
“Tidak Bunda, ada yang merah, ada yang merah sedikit, ada yang hitam, ada juga yang hitamnya tidak hitam sekali tuh Bun.” Jawab Dito
“Jadi, yang sama apanya?” tanya Bu Sinta
“Kalau bentuknya sama Bun, tapi warna dan ukurannya beda.” Jawab Dito
“Binatang apalagi ya yang bentuknya sama, tapi ukurannya dan warnanya beda?” tanya Bu Sinta
“Oh iya ya Bunda, binatang yang lain juga. Kucing, ayam, burung, kupu-kupu. Mereka juga ukuran dan warnanya beda, tapi badannya sama.” Jawab Dito
Dari kegiatan pengamatannya, Dito menemukan informasi yang menggelitik rasa ingin tahunya tentang semut. Dito menemukan informasi melalui pengamatan dan dukungan dari Bu Sinta.
Selain diskusi tentang metode pembelajaran saintifik, juga dibahas tentang upaya peningkatan mutu administrasi Lembaga PAUD menuju penilaian berupa akreditasi PAUD.
Sumber Bahan Diskusi juga di Link :







