اَلْحَمْدُ لِلَّهِ
عَلَى فَضْلِهِ وَإِحْسَانِهِ، أَحْمَدُهُ وَأَشْكُرُهُ وَأَسْتَعِيْنُهُ
وَأَسْتَغْفِرُهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ
لَهُ، فِي رُبُوْبِيَتِهِ وَإِلَهِيَتِهِ وَأَسْمَائِهِ وَصِفَاتِهِ، وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا.
أَمَّا بَعْدُ:
أَيُّهَا النَّاسُ،
اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى،
Bersyukurlah
kepada Allah atas nikmat dan kebaikan-Nya yang tiada hentinya. Kenikmatan yang
terus datang kepada kita. Ucapkanlah syukur pada setiap nikmat tersebut. Kita
telah kedatangan musim hujan yang kita nanti-nantikan. Hari ini, Alhamdulillah,
sudah Allah beri jalan keluar terhadap permasalahan kekeringan bahkan kebakaran
alam yang kita rasakan. Dia menghilangkan musibah kepada kita dengan menurunkan
hukan. Ibadallah,
Sesungguhnya
Allah menurunkan hujan kepada makhluknya adalah sebagai tanda kebesaran-Nya dan
pelajaran untuk para makhluk. Allah ﷻ mengirimkan angin, mengumpulkan awan, kemudian memperjalankan
awan tersebut dengan angin, dan menghujani bagian bumi yang Dia kehendaki.
Allah ﷻ
berfirman,
وَأَرْسَلْنَا
الرِّيَاحَ لَوَاقِحَ فَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَسْقَيْنَاكُمُوهُ
وَمَا أَنْتُمْ لَهُ بِخَازِنِينَ
“Dan
Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami
turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan
sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya.” (QS:Al-Hijr | Ayat: 22).
Setelah
itu, awan berhenti menumpahkan air sesuai dengan kadar yang telah Allah ﷻ
tetapkan. Ada bumi yang terkena curahan hujannya da nada pula yang tidak. Ada
masyarakat yang basah terhujani, dan ada pula yang tidak. Semua itu memiliki
hikmah yang besar.
Dan
cara Allah ﷻ menurunkan air hujan dari langit pun luar biasa. Ia jadikan
dalam bentuk tetesan-tetesan yang banyak yang rata. Bukan seperti air mancur
yang keras hantamannya dan sempit cakupannya. Dengan hujan seperti yang kita
saksikan ini, basah di bumi menyebar. Yang demikian telah Allah ﷻ
perintahkan dan takdirkan.
Semua
ini memiliki hikmah dan pelajaran bagi siapa yang ingin merenungkan.
Di
dalam air hujan, Allah ﷻ jadikan kandungan-kandungan tertentu yang dapat menumbuhkan
tanaman, menghilangkan kekeringan, dan rasa dahaga. Ini adalah bentuk kasih
sayang Allah ﷻ kepada hamba-hamba-Nya.
Kalau
Allah ﷻ berkehendak, Dia mampu menjadikan air hujan ini asin, tidak
bisa diminum dan tidak pula menumbuhkan tanaman. Namun Allah ﷻ
jadikan rasa dan sifat air hujan sebagaimana yang kita rasakan. Sehingga
tumbuhan tumbuh dan bermanfaat. Kemudian air hujan itu Allah simpan di bumi
yang bisa dimanfaatkan manusia di masa mendatang.
Ini
semua nikmat dan kasih sayang Allah ﷻ kepada
kita. Hendaknya kita merenungkannya. Jika Dia menghendaki, Dia tahan hujan dari
kita. Renungkanlah, Dia menurunkannya kepada siapa yang Dia kehendaki.
Renungkanlah bagaimana cara Dia menurunkannya. Dia memperjalankan hujan
tersebut di atas bumi, kemudian menurunkannya di tempat yang Dia kehendaki dan
tidak menurunkannya di tempat yang juga Dia kehendaki.
Kesempurnaan
dalam pengaturan hujan tersebut hendaknya membuat kita sadar dan merasakan
betapa agung dan hebatnya kekuasaan Allah ﷻ. Agung
dan besar kasih sayangnya kepada para hamba-Nya. Tujuannya agar manusia mewujudkan
peribadatan hanya kepada Dia. Tidak menyembah kepada selain-Nya. Karena Dialah
Tuhan Yang Maha Kuasa.
Ibadallah,
Lalu,
muncul orang-orang yang mengingkari nikmat ini. Mereka menisbatkannya bukan
kepada Allah ﷻ yang menciptakan dan memberikan nikmat tersebut. Mereka
menisbatkan hujan kepada selain Allah, yakni kepada bintang-bintang, cuaca, dan
gejala alam atau musim. Dan perkataan-perkataan lain yang jauh dari nilai-nilai
keimanan. Allah menyifati mereka dengan firman-Nya,
أَفَبِهَذَا الْحَدِيثِ
أَنْتُمْ مُدْهِنُونَ* وَتَجْعَلُونَ رِزْقَكُمْ أَنَّكُمْ تُكَذِّبُونَ
“Maka
apakah kamu menganggap remeh saja Al-Quran ini? Kamu mengganti rezeki (yang
Allah berikan) dengan mendustakan Allah.” (QS:Al-Waaqi’ah | Ayat: 82-83).
Mereka
menisbatkan hujan bukan kepada penciptanya tetapi kepada gejala alam. Padahal
hujan adalah dari kebijaksanaan Allah dan kekuasaan-Nya. Dialah yang
menurunkannya dan menahannya jika Dia menghendaki.
Hujan
tidak disandarkan dengan kemampuan teknologi dan kondisi geografis. Betapa
banyak negara-negara maju namun curah hujan rendah. Dan kita saksikan pula
negara-negara tropis namun mengalami kekeringan.
وَلَقَدْ صَرَّفْنَاهُ
بَيْنَهُمْ لِيَذَّكَّرُوا فَأَبَىٰ أَكْثَرُ النَّاسِ إِلَّا كُفُورًا
“Dan
sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu diantara manusia supaya mereka
mengambil pelajaran (dari padanya); maka kebanyakan manusia itu tidak mau
kecuali mengingkari (nikmat).” (QS:Al-Furqaan | Ayat: 50).
Apa
yang mereka lakukan sama seperti yang dilakukan orang-orang kafir Quraisy,
mereka menisbatkan hujan kepada bintang-bintang. Dan Nabi ﷺ telah
memperingatkan mereka dengan peringatan yang keras. Beliau ﷺ
bersabda kepada para sahabatnya selepas shalat subuh ketika melihat bekas-bekas
langit malam, atau melihat bekas hujan yang turun semalam,
عَنْ زَيْدِ بْنِ
خَالِدٍ الْجُهَنِيِّ رضي الله عنه أَنَّهُ قَالَ صَلَّى لَنَا رَسُولُ اللَّهِ
صلّى الله عليه وسلّم صَلَاةَ الصُّبْحِ بِالْحُدَيْبِيَةِ عَلَى إِثْرِ سَمَاءٍ
كَانَتْ مِنْ اللَّيْلَةِ فَلَمَّا انْصَرَفَ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ فَقَالَ:
(هَلْ تَدْرُونَ مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ؟) قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ.
قَالَ: أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِي مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ، فَأَمَّا مَنْ قَالَ
مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ
بِالْكَوْكَبِ وَأَمَّا مَنْ قَالَ بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا فَذَلِكَ كَافِرٌ بِي
وَمُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ. متفق عليه
“Dari
sahabat Zaid bin Khalid al-Juhani radhiallahu ‘anhu ia menuturkan, ‘Rasulullah ﷺ
mengimami kami shalat subuh di Hudaibiyyah dalam keadaan masih basah akibat
hujan tadi malam. Seusai shalat, beliau menghadap kepada para sahabatnya, lalu
berkata, ‘Tahukah kalian apa yang difirmankan oleh Tuhan kalian?’ Mereka
menjawab, ‘Allah dan rasul-Nya yang lebih mengetahui.’ Beliau bersabda, ‘Allah
berfirman, ‘Ada sebagian dari hamba-Ku yang beriman kepada-Ku dan kafir. Adapun
orang yang berkata, ‘Kita telah dihujani atas karunia dan rahmat Allah, maka
itulah orang yang beriman kepada-Ku dan kufur dengan bintang.’ Dan orang yang
berkata, ‘Kita dihujani atas pengaruh bintang ini dan itu, maka itulah orang
yang kufur dengan-Ku dan beriman dengan bintang’.” (Muttafaqun ‘alaih).
قُوْلُ هَذَا القَوْلَ
وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ
فَاسْتَغْفِرُوْهُ يَغْفِرْ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ .
فَاتَّقُوْا اللهَ، عِبَادَ اللهِ، وَعَلَيْكُمْ
بِجَمَاعَةِ المُسْلِمِيْنَ وَإِمَامِكُمْ فَإِنَّ يَدَ اللهِ عَلَى الجَمَاعَةِ
وَمَنْ شَذَّ شَذَّ فِي النَّارِ وَأَكْثِرُوْا مِنَ الصَّلَاةِ عَلَى نَبِيِّكُمْ
فَقَدْ أَمَرَكُمُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ بِذَلِكَ فَقَالَ (إِنَّ اللَّهَ
وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا)
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ
الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ
أَعْدَاءَ الدِّيْنَ، وَجَعَلَ هَذَا البَلَدَ آمِناً مُطْمَئِناً وَسَائِرَ
بِلَادِ المُسْلِمِيْنَ عَامَةً يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ، اَللَّهُمَّ وَلِّي
عَلَيْنَا خِيَارَنَا، وَاكْفِنَا شَرَّ شِرَارَنَا، (رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا
إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ).
اَللَّهُمَّ آتِ
نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرَ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ
وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا، اَللَّهُمَّ يَا رَبَّنَا وَيَا مَوْلَانَا وَيَا ذَا
الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا اَلَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ
أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا اَلَّتِي فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ
لَنَا آخِرَتَنَا اَلَّتِي فِيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً
لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ، وَالمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.
وَاغْفِرْ لَنَا
إِنَّكَ أَنْتَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ وَصَلَّ اللَّهُمَّ وَسَلَّمَ عَلَى
نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ.







