( Al Hikam )
Sahabat Salam Guru Indonesia.
Kita selaku
Hamba Allah, senantiasa dan dari waktu ke waktu, setiap aliran nafas dan darah,
berhajat dan bermohon kepada Allah. Oleh karena itu, kita tidak bisa terlepas
atau berlepas dari Allah, karena tiada daya dan upaya selain karena kekuatan
dan pertolongan dari Allah.
Dari Al Hikam di
atas, maka cara memohon, berhajat dan berdo’a kepada Allah, yang mengandung
pengertian bahwa :
1.
Memohon rezeki kepada Allah, untuk menunjang
ibadah kepada-Nya, yang berarti menyerahkan seluruh persoalan hidup kepada
Allah. Memohon agar tetap dekat kepada Allah tidak ingin berpisah dari-Nya.
2.
Apabila seorang hamba memohon kepada selain
Allah, berarti orang ini sebenarnya tidak mempunyai malu, karena perbuatannya
bertentangan dengan keyakinannya. Permohonan bukan kepada Allah, menunjukkan
bahwa hamba si Hamba tidak mengenal Allah, jauh dari-Nya, dan tentunya,
Allah-pun tidak menginginkan orang ini, karena itu segala sesuatu dari ciptaan
Allah pun jauh daripadanya.
Bagaimana permohonan, keinginan
dan do’a seorang hamba akan dikabulkan Allah, jika kita tidak mengenal Allah
dengan sifat-sifat-Nya, sebab dengan mengenal sifat-sifat Allah menurut sunnah
Rasul. Si Hamba harus memohon dengan perantaraan sifat Allah yang Maha Mulia serta menempatkan Allah sebagai
satu-satunya tempat menggantungkan seluruh harapan Hamba.
Pertanyaan : Bagaimana dengan do’a
atau keinginan yang belum dikabulkan ? atau dialihkan ?
Belum terkabulnya do si Hamba,
setelah berusaha berulang-ulang berdo’a penuh harapan, jangan sampai putus asa
karena belum terkabulnya do’a kita, sebab Allah telah memberikan jaminan
diterimanya setiap do’a menurut pilihan dan ketentuan Allah sendiri, bukan atas
pilihan dan ketentuan kita, atau menurut waktu yang dikehendaki si hamb, tetapi
Allah telah menetapkan kapan dan di saat apa do’a seorang hamba di terima-Nya.
( Al Hikam )
Sahabat Salam Guru Indonesia
Berdo’a kepada
Allah tidak cukup sekali, tetapi harus berkali-kali, bahkan kita boleh saja
merajuk dalam berdo’a, berkeluh kesah bahkan menyampaikan rasa senang dan
syukur. Syarat diterimanya suatu do’a apabila dilaksanakan dengan penuh harapan
dan tidak berputus asa. Tidak cepatnya suatu do’a dikabulkan Allah bukan
berarti Allah menolak do’a hamba-Nya, karena Allah sudah memberika jaminan
terkabulkan suatu do’a ( QS. Al Baqarah, 172 ).
Bahkan Sahabat
Jabir ra, pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda : “tiada seorang hamba yang
meminta dengan suatu permohonan melainkan Allah akan memberi apa yang Ia minta.
Jika ia menahan diri dari suatu perbuatan maksiat, Allah akan menyelamatkan
dirinya dari bahaya atau diampuni dosa-dosanya. Selama si hamba tidak berdo’a
kepada perbuatan ( amal ) yang mendekatkan diri kepada dosa atau berdo’a agar
terputus dari persaudaraan dengan karib kerabatnya”.
Ketika Hamba
Allah berdo’a, maka terkadang dan tidak serta merta do’a langsung
dikabulkan sesaat seusai dengan
permintaan kita. Tetapi terkadang diganti Allah dengan sesuatu yang lebih baik
daripada yang diminta, karena Dia Maha Mengetahui apa yang kita butuhkan
dibandingkan kita. Karena itu, janganlah mengeluh ( apalagi mengutuk ), boleh
jadi kamu benci sesuatu padahal ia baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai
sesuatu, tetapi ia amat buruk bagimu ( Q.S. Al Baqarah, 216 ), maka Kita selaku
hamba-Nya berusaha untuk selalu berbaik sangka kepada Allah, karena Dia selalu
memberika yang terbaik untuk Hamba-Nya sesuai waktu yang sudah ditetapkan-Nya,
seusai jalan-Nya.
Syekh Ibnu Athaillah
mengingatkan : Janganlah menjadikan seseorang ragu kepada janji Allah, sebab
sebelum terpenuhinya janji tersebut, walaupun pada saat yang sangat diperlukan.
Karena meragukan janji Allah, akan menjadi sebab si hamba emnjadi redup iman
dan penglihatan mata hatinya, dan memadamkan cahaya jiwanya. ( Al Hikam )
Maka, berbaik
sangka-lah kepada Allah, In Sya Allah, akan INDAH nanti pada waktunya.
Salam Guru Indonesia







